Beranda | Artikel
Perbandingan Kelezatan Harta dan Ilmu
Kamis, 14 Oktober 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Perbandingan Kelezatan Harta dan Ilmu adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 07 Rabiul awal 1443 / 14 Oktober 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Perbandingan Kelezatan Harta dan Ilmu

Segi-segi kemuliaan ilmu dibandingkan harta:

Tiga puluh satu, kelezatan yang didapatkan dari harta atau kekayaan duniawi hanyalah dirasakan ketika terjadi pembaharuan. Bertambahnya harta atau fasilitasnya. Adapun kalau dipakai terus menerus bisa jadi kelezatan itu hilang sama sekali atau paling tidak berkurang.

Hal ini ditunjukkan dengan keadaan tabiat orang yang memiliki harta tadi. Jiwanya akan selalu menuntut tambahan kekayaan yang lain. Kalau seandainya dia puas, pasti dia akan berhenti. Tapi ternyata dia akan mencari yang lain, menuntut tambahan kekayaan yang lain, masih berambisi untuk mencarinya. Dia akan selalu berusaha mendapatkan tambahan dari harta yang sudah dimilikinya, maka dia selalu dalam kebutuhan yang terus-menerus dan tidak pernah tertunaikan. Meskipun misalnya dia memiliki semua perbedaharaan yang ada di bumi, maka perasaan kurang, ambisi dan semangatnya untuk mengejar harta terus ada pada dirinya.

Inilah keadaan yang dirasakan kenikmatan dengan harta kalau seandainya memang ada kenikmatannya. Yaitu hanya ketika pertama kali atau ketika mendapatkan tambahan.

Alasan yang lain karena harta sendiri adalah salah satu dari dua kegemaran yang tidak pernah menjadikan manusia kenyang. Disebutkan dalam hadits shahih bahwasanya semangat untuk mencari harta dan semangat mencari ilmu adalah dua kegemaran yang tidak pernah menjadikan manusia puas. Sehingga orang ini tidak pernah lepas dari kesusahan dalam hal ambisi dan semangatnya mengejar harta tersebut.

Ini berbeda kekayaan yang dirasakan dengan ilmu dan iman. Karena kelezatan dengan ilmu dan iman itu terus dimanfaatkan, itu sama dengan kelezatan ketika bertambahnya ilmu atau terjadi peningkatan iman. Bahkan orang yang memiliki kelezatan ilmu dan iman, meskipun dia tetap berambisi untuk menambahnya, ketika dia mencari tambahan ilmu dan bersemangat untuk meningkatkan imannya, saat itu dia sudah disertai dengan kelezatan yang dirasakannya dan kelezatan dari hal-hal yang ingin ditambahnya tersebut.

Tiga puluh dua, kekayaan dengan harta pasti dengan sendirinya ada tuntutan dari orang lain untuk dia berbagai kekayaannya dengan orang yang tidak mampu. Maka orang yang memiliki harta ada dua pilihan di hadapannya:

  1. Tidak memberikan harta sehingga terkenal sebagai orang yang pelit, orang yang jauh dari kebaikan, jauh dari memberikan manfaat bagi orang lain. Sehingga dia akan dibenci, dicela dan direndahkan. Dan setiap orang yang dibenci dikalangan manusia, maka peluang untuk sampainya berbagai macam keburukan atau hal-hal yang tidak menyenangkan lebih cepat dibandingkan dengan sampainya kobaran api kepada kayu bakar yang kering.
  2. Pilihan kedua adalah memberikan bantuan. Tentu tidak memungkinkan bagi dirinya untuk bisa menyampaikan bantuan hartanya kepada semua orang. Maka mestinya dia akan memberikan bantuannya kepada sebagian orang dan menahannya dari sebagian yang lain. Ini akan membuka baginya pintu permusuhan dan celaan dari orang-orang yang tidak mendapatkan bagian bantuan harta darinya.

Orang yang tidak mendapatkan bantuan darinya, maka orang ini akan mengatakan: “Kenapa orang ini bisa berbuat baik membantu orang lain tapi pelit terhadap saya?”. Adapun orang yang mendapatkan bagian/bantuan, orang ini tentu akan merasakan gembira diawalnya karena  merasakan senang. Tapi setelah itu dia akan terus berambisi untuk mendapatkan bagian lagi secara terus-menerus. Yang mana perkara ini tidak mampu untuk terus kita lakukan. Maka ini juga akan membawa kepada permusuhan yang sangat dan celaan dari orang yang tadi kita berikan kemudian terhenti kita bantu dia.

Sehingga ada ungkapan dalam bahasa Arab:

اتَّقِ شر من أحسنت إليه

“Hati-hatilah dari keburukan orang yang kamu berbuat baik kepadanya.”

Ketika engkau berbuat baik dia senang, tapi kalau putus kebaikanmu dia akan berbalik membenci. Inilah keburukan-keburukan pada kekayaan harta. Keburukan-keburukan ini tidak terdapat pada kekayaan ilmu.

Menit ke-19:35 Orang yang punya ilmu memungkinkan bagi dirinya -dengan izin Allah- untuk mencurahkan ilmunya kepada seluruh alam semesta. Bahkan dia bisa menjadikan orang lain ikut serta di dalamnya. Dia sebarkan ilmu, dia mengajar murid-muridnya untuk bisa berilmu seperti dirinya kemudian ikut menyebarkannya.

Bagaimana penjelasan selanjutnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50884-perbandingan-kelezatan-harta-dan-ilmu/